-->

CERPEN KU: Cinta Yang Menjadi Kenangan

Advertisemen


Banyak orang yang bilang Masa-Masa jatuh cinta adalah masa yang sangat menyenangkan, entah apa yang membuat mereka berpikir seperti itu. Salah satu alasan yang dapat diterima adalah seperti saat mereka menceritakan akan hangatnya cinta pertama. Hembusan serta tiupan angin kasih sayang yang mereka lalui bersama yang membuat hati mereka seakan berbunga-bunga, bagaikan Dunia hanya milik berdua.
Tepat pada hari ini, di atas puncak gunung, angin yang mendinginkan kalbu serta segarnya udara yang ku hirup, seakan hidup ini terasa sangat indah. Pancaran cahaya dan matahari yang terlihat hanya sebagian dari sepenuhnya, membuatku merasakan kedamaian yang tiada duanya. Aku Sani, ya itulah nama ku sampai sekarang ini.  Hari ini aku beserta keluargaku pulang dari liburan kepuncak tertinggi yang ada didaerahku. Sesampainya dirumah kami istirahat sejenak dan langsung beres-beres barang yang akan kami bawa, ya ayah dan ibuku merencanakan untuk pindah mendekati rumah Paman yang ada di kota lain. Tepat pada pukul 13.39 WIB kami berangkat dengan mobil ayah dan diikuti sebuah mobil yang berisikan perabotan yang kami bawa pindah, setelah beberapa lama perjalanan kami sampai di tempat tujuan tepat pada pukul 18.43 WIB.
Aku langsung menuju kamar dirumah baruku, kebetulan ada di lantai dua rumahku saat ini, aku membuka pintu disebalik kamar yang kebetulan itu sebuah teras lantai dua, aku melihat bintang-bintang yang saling berdampingan satu sama lain dari yang tak terhitung berapa banyaknya. Di saat aku menikmati indahnya malam aku tidak sengaja melihat rumah sebelah yang terdiri dari satu anak kecil dan satu orang tua, tapi satu orang lagi aku tidak bisa melihatnya karena terhalang tirai pintu kamar dirumahnya.
Keesoakan paginya aku keluar rumah menikmati udara pagi yang sangat segar, aku melihat pintu jendela lantai dua yang aku lihat semalam, tidak begitu lama pintu jendela terbuka dan langsung terlihat gadis Berkaca Mata dengan rambut terurai panjang dan senyum tidak begitu manis, ya karena kami belum kenal satu sama lain, aku menyuruhnya turun dengan bahasa isyarat, tapi dia hanya membalas dengan wajah heran dan langsung pergi.
Aku merasakan jantung ku bertedak lain dengan sebuah perasaan yang aku tidak tahu apa artinya ini setelah melihat gadis tadi, aku termenung sesaat dan memutuskan untuk berkenalan dengan gadis itu. Aku mengetuk pintu dan keluar seorang ibu yang aku lihat tadi malam, namanya Jeni yang kebetulan ibu dari gadis tadi yang bernama Dewi. Aku berkenalan dengan ibunya dan memberitahukan bahwa aku tentangga baru mereka dan mengajak makan malam dirumah Jeni tetangga baruku ini
            “Bu Jeni, aku tetangga baru, rumahku tepat di depan” ucapku
            “ohh, begitu ya? Balas ibu Jeni
            “Bagaiman nanti malam, kita mengadakan acara Makan malam dirumahmu tepat jam 19.00 WIB, aku yang akan membantu memasak!!”
Dan ibu jeni menyetujuinya dan aku langsung kembali ke rumah. Pada sore pukul 17.25 WIB aku pergi ke rumah ibu Jeni untuk membantu memasak, ya aku bisa memasak cuma tidak terlalu pandai, karena dari kecil kami diajarkan untuk mandiri, aku dan ibu Jeni sesegera mungkin memasak, tiba-tiba telepon berbunyi, lalu ibu jeni menyuruhku mengangkatnya.
“Hallo!! Siapa ini?” ucapku di telepon
“ini Amri.. Dewi ada?? Soalnya nanti malam aku bakalan telat datang untuk makan malam dirumahnya”
“Dewi Kepasar, oh ya nanti di sampaikan” balasku, lalu telepon ditutup
Setelah mengangkat telepon, Bu Jeni cerita banyak denganku, yang salah satunya suami dari Bu Jeni, Ayah dari Dewi sudah lama meninggal dunia karena kecelakaan. Tidak begitu lama Dewi datang dengan membawa sayuran untuk di masak, wajahnya terlihat agak murung mungkin karena kami belum akrab, dan langsung saja pesan ditelepon dari amri ku sampaikan.
“Tadi Amri bilang dia datang agak telat, apa dia pacarmu??”
“oh iya, Bukan hanya teman baik” ucap Dewi
Waktu pun mulai berlalu dengan aroma masakan yang aku masak bersama ibu Jeni, tepat pada pukul 18.38 WIB kami selesai menghidangkan masakan untuk makan malam bersama dirumah ibu Jeni. Semua keluargaku mulai berdatangan untuk makan malam, waktu sudah menunjukan Pukul 19.20 WIB, Amri temannya Dewi belum juga sampai kerumah Ibu Jeni untuk makan malam bersama, karena Dewi mengundang Amri untuk makan malam bersama, ya katanya mereka sahabat baik. Waktu pun berlalu sedangkan Amri belum juga sampai, maka ibu jeni memutuskan untuk makan malam tanpa sahabat Dewi yaitu Amri. Setelah makan dan membersihkan sisa kami makan malam, kami segera pulang dan keluar dari rumah, di lain sisi Amri terlihat dari rumah sebelah yaitu rumah temannya Dewi yang bernama Andini, dan ternyata Amri salah masuk rumah yang kebetulan didalam rumah tersebut ibunya Andini yang bernama Ibu Naina kebetulan agak ganjeng terhadap laki-laki muda. Lalu Amri langsung memanggil taksi yang kebetulan lewat didepannya dan sesegera mungkin masuk kedalam Taxi dengan raut wajah yang sangat ketakutan, dan aku mentertawai Amri karena Raut wajahnya sangat lucu bagiku, dan tiba-tiba Dewi berbicara kepadaku dengan suara keras
“aku gak percaya ini, apanya yang lucu?? Apa yang kau tertawakan??”
“orang normal akan tertawa ketika melihat moment ini” jawabku sambil tertawa
“apa maksudmu?? Apa kamu pikir aku tidak normal??” ucap Dewi dengan raut wajah marah.
“ I am sorry!! Dewi” balasku sambil memohon
“dengar tolong bawa sikapmu itu, karena dasarnya kita tidak cocok untuk berdampingan” balas Dewi
“ ssstt… apa masalahmu??”
“masalahku??”
“ ya.. mengapa kamu merasa bahwa semua beban didunia ada dibahumu, emangnya siapa kamu? Cobalah untuk belajar tersenyum, siapa yang tahu akan hari esok, mungkin tidak ada waktu untuk tersenyum!, karena esok tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi”
Lalu Dewi langsung masuk kedalam rumahnya, mungkin dia marah karena aku telah lancang bicara seperti tadi, tapi aku yakin dewi akan bisa belajar untuk tersenyum, dan entah kenapa aku mulai punya perasaan sama Dewi, karena dengan sikapnya yang pemarah dan juga dia lucu yang membuatku menyimpan perasaan sama dia.

Di keesokan harinya, aku dan dewi bertemu di teras tempat ibadah, yang kebetulan kami sama-sama telah selesai beribadah, dia terlihat sangat cantik, sampai-sampai aku melamun sesaat, tiba-tiba Dewi menepuk pundakku dan berbicara
“Kamu...?” kata dewi ketika menepuk pundakku
“kamu, apa yang kamu lakukan disini? Kemana pun aku pergi, kamu selalu ada, tolong tinggalkan aku sendiri!!” balasku sambil bercanda
Dan langsung saja Dewi lansung pergi, tapi ucapanku tadi hanya bercanda, tidak lama dia kembali lagi, dan langsung bicara
“kamu tahu??”
“ohh datang lagi?? Kumohon pergi!!” balasku lagi sambil bercanda, dan benar saja Dewi langsung pergi, tapi secepat mungkin aku mengambil tangannya dan menggenggamnya sambil bicara
“ayo lah, aku hanya bercanda, aku ingin mengatakan sesuatu padamu”
“aku tidak mau dengar apapun!” ucap Dewi dengan nada kasar
“Semalam, untuk pertama kalinya aku merasakan bahwa kamu sama seperti dengan gadis lain, tapi ada sesuatu yang ingin kamu sembunyikan dari semuanya itu. Satu hal lagi, dimanapun dia berada, kemarahanmu, kesedihanmu, dia melihat semuanya, dan mungkin saja dia juga ikut menangis bersamamu, sekarang kamu tidak bisa menghapus air matanya dari sini, tetapi kamu bisa menghentikannya dengan tersenyum dan tertawa dari sini” ucapanku kepada dewi dan langsung pergi meninggalkannya
Aku memberikannya saran agar dia bisa tersenyum lagi setelah kepergian ayahnya, ya mungkin gara-gara kejadian itu dia tidak pernah lagi tersenyum, aku selalu bahagia jika melihat orang disekitarku dapat bahagia, begitu juga sebaliknya, jika mereka sedih, aku ikut sedih dan langsung benakku terasa ingin menolong mereka. Aku melakukan ini hanya untuknya. dengan inilah aku dapat berbuat kebaikan, karena waktu yang akan datang tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, mungkin aku tidak lagi bisa menghapus airmata mereka, tapi dihujani tangisan dari mata mereka untukku.
Mengigat perasaanku kepada Dewi, apakah ini Cinta?  Ya aku rasa begitu, tapi apakah aku pantas jatuh cinta? Ya sesuatu telah terjadi, dan benar-benar terjadi, dari kemarin aku merasakan dan semua telah berubah menjadi hal baru, dalam rasa cinta semua hal terlihat indah, semua mimpi jadi kenyataan dan semua tujuan akan berubah arah, ya mungkin arah angin pun terasa berubah karena terpengaruh dengan yang namanya “Cinta”.
Kesokan harinya Amri menelpon ku dan mengatakan bahwa dia mempunyai perasaan sama Dewi, dan aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan dari Amri bahwa dia mencintai Dewi, dan sore ini amri akan mengungkapkan persaaannya sama Dewi, mungkin mereka akan menjadi pasangan, ya aku merelakanya!, mungkin mereka pantas bersama, mungkin itu yang terbaik.
Pada malam harinya tiba-tiba Amri menelponku lagi dan mengatakan bahwa Dewi mencintaiku, dan benar saja Amri patah hati, terdengar dari ucapannya lewat telpon, tapi aku masih punya kesempatan untuk mencintai Dewi, yang sangat kebetulan dia juga mencintaiku, tidak lama kemudian Dewi datang kerumah dengan basah kuyup yang kebetulan diluar sedang hujan lebat, kuberikam handuk agar tubuhnya terasa hangat, dan langsung duduk, ku lihat Wajah dan matanya seperti ada yang ingin dia bicarakan, ya benar dia langsung mengucapakan sesuatu tapi terbata-bata, aku pun langsung buat bercandaan yang membuatnya bicara semangkin terbata-bata. Namun, Dewi melihat sebuah photo di atas meja yang kebetulan didalam photo tersebut ada aku dan seseorang perempuan yang berbusana Pernikahan, langsung saja dia menanyakan siapa gadis tersebut, aku terdiam sesaat dan bebicara bahwa dia adalah istriku. Aku menceritakan bahwa aku datang kesini mencari istriku karena satu bulan lalu kami mengalami cek-cok sehingga dia pergi ke daerah ini untuk menenangkan diri. Aku terpaksa berbohong sama Dewi, dan langsung saja Dewi mengeluarkan air mata karena Hatinya juga bertepuk sebelah tangan, karena aku berbicara bahwa aku sudah mempunyai istri, meski itu hanya berbohong dan yang sebenarnya ia adalah Dokterku dan sekarang ia telah menikah. Tidak lama Dewi langsung pergi dari rumah dengan keadaaan diluar sedang hujan lebat, aku meminta ia untuk tetap tinggal dirumah sementara menunggu hujan reda, namun dia tetap pergi.
Tiba-tiba ibu ku keluar dari belakang yang tadinya menguping pembicaraanku sama Dewi
“Kamu mencintainya kan?” ucap ibuku
“Tidak, aku tidak mencintai Dewi”
“kapan ibu membicarakan Dewi, ibu tahu kamu mencintainya dan jangan berbohong lagi sama ibu, aku adalah ibumu, kamu tidak bisa membohongi ibu”
“apa yang ibu ingin aku lakukan? Menceritakan yang sebenarnya padanya? Apa yang harus aku lakukan?, bagaimana aku mengatakan bahwa pertama kali hati ini berdetak untuk seseorang, hati ini jatuh cinta pada seseorang, baru pertama kali hati ini mencintai seseorang dan bagaimana aku memberitahu Dewi kalau hati ini sangat kuat mencintainya sedangkan hati ini sangat lemah. Bagaimana aku memberitahu dia bahwa wanita dalam photo itu bukan istriku, dia adalah temanku atau dia adalah Dokterku, orang yang tiap hari berjuang agar aku bisa hidup untuk beberapa saat lagi. Aku ini sekarat Ibu”
Ibuku hanya terdiam dan langsung masuk kekamarnya. Ya baru pertama kali hati ini mencintai seseorang, bagaimana aku memberitahunya kalau hati ini sangat kuat mencintainya, tapi aku tidak ingin hati sahabatku terluka karena patah hati dengan seorang gadis yang mencintaiku, aku ingin mempersatukan mereka menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.
Keesokan harinya aku pergi kerumah Amri dan berbincang tentang Dewi,
“aku akan membantumu, agar Dewi mencintaimu dalam jangka waktu satu minggu, aku yakin Dewi akan mencintaimu” ujarku terhadap Amri
“Wow hebat! Tapi kenapa enam hari?” ucap Amri bertanya
“karena… hari minggu aku libur” ucapku sambil bergurau
Tepat pada hari pertama, aku dan amri menjalankan rencana dan berjalan lancer, begitu juga untuk hari kedua sampai hari ke lima. Tepat pada hari ke enam saat aku dan Amri dirumahnya tiba-tiba Dewi menelpon
“Amri aku mencintaimu.” Ujar Dewi lewat telepon
“ya aku mencintaimu juga, dan aku rela menunggu hingga kamu mencintaiku Dewi, mau kah kau menjadi pacarku Dew? Balas Amri sambil menyatakan cintanya
“ya aku sangat mau Ri!” balas dewi langsung menutup telepon
Sejak saat itu mereka menjadi pasangan, ya aku ikut bahagia, Amri sangat berterima kasih kepadaku sambil memuji-muji kehebatanku dalam membantu memberikan cinta kepada orang lain, bahwa karena aku Dewi bisa mencintai Amri, namun tanpa sepengetahuan Amri ternyata Dewi sudah ada didapan Pintu kamar Amri dan mendengarkan semua pembicaraan ku dan Amri, dan aku memberitahu Amri bahwa “Dewi ada disini dan mendengar pembicaraan kita” dan Amri langsung menoleh ke Pintu kamar, Tiba-tiba Dewi langsung pergi dan kami langsung mengejarnya dan langsung memberikan penjelasan
“Dewi tunggu, biar aku menjelaskan semuanya!” ujar Amri
“Tidak, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Enam hari dan perempuan ada didalam hatimu, karena dia yang menjelma menjadi peri cinta, wow kalian harus diberi penghargaan! Ujar Dewi dengan Marahnya
“aku hanya membatu kalian Dewi” ucapku
“aku tahu kalau aku tidak pernah tersenyum sebelumnya, tidak punya kebahagiaan, tapi setidaknya aku punya sahabat. Tapi hari ini kau telah mengambil semuanya Sani.” Balas Dewi terhadapku
Dan Dewi langsung pergi meninggalkan kami, namun saat Dewi pergi tidak jauh aku mengambil buku Catatan Harian Amri di saku Jasnya, dan langsung membacakan sebuah kata yang sebenarnya tidak tertulis di dalam buku Catatan harian tersebut tapi membacakan apa perasaanku kepada Dewi
“Dewi, aku berharap aku dapat mengatakan padamu betama aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu, aku benar-benar sangat mencintaimu Dewi dan ketika aku menutup mata aku melihatmu, saat aku membuka mataku aku semangkin ingin melihatmu setiap detik, menit, setiap saat. Aku tak dapat melupakanmu Dewi, aku tidak mau melupakanmu, aku akan mencintaimu sampai mati, dan bahkan sampai lebih dari itu. Semuanya telah ditulis oleh Amri di buku Harian ini”
Setelah membicarakan hal tersebut Amri dan Dewi baikan dan  aku langsung pergi pulang kerumah, aku merasa sedih, karena mereka menjadi pasangan, yang mana Dewi adalah wanita yang sangat ku cintai, seperti yang ku ucapkan dari benak ku tadi.
Satu bulan kemudian, tiba saatnya Dewi dan Amri kan melakukan acara perkawinan, aku merasa bahagia karena meraka akan resmi menjadi suami istri yang saling mencintai, tiba pada saat acara lamaran aku beserta keluarga Dewi mengadakan sebuah acara, yang mana acara tersebut adalah tari-tarian bebas, yang mana aku sangat suka menari, aku menari dengan gembiranya, dan saat ku lihat Amri dan Dewi juga ikut menari dengan gembiranya namun tiba-tiba aku terjatuh saat tari-tarian, bukan karena terpeleset atau terkena sesuatu, tapi aku jatuh dengan sendirinya karena sakit yang kuderita tiba-tiba datang, aku melihat orang sekelilingku, mereka sedang bergembira namun aku tidak ingin melihat kegembiraan ini musnah karena keadaan ku sekarang ini, ya aku mengidap penyakit Jantung stadium akhir, aku langsung pulang tampa memberitahu mereka, dan aku langsung masuk kekamarku untuk minum obat, namun waktu aku pulang ibu melihatku keluar dan mengikutiku, ia melihatku kesakitan didalam kamar dan ibu langsung membawaku kerumah sakit yang mana disana ada Dokter khusus untukku, yang mana dokter itu yang ada di dalam Photo yang waktu itu di lihat Dewi.
Aku terbaring lemah yang ditemani berbagai peralatan kesehatan, dan juga berbagai alat yang menempel ditubuhku, tidak beberapa lama Dokter khusus ku datang, ia menceritakan bahwa ia bertemu dengan Dewi dan Amri waktu berbelanja sebelum datang ke rumah sakit ini, dia menceritakan bahwa aku sedang sekarat melawan sakit yang ku derita yaitu penyakit Jantung stadium akhir. Dan ia juga menceritakan bahwa ia bukanlah Istriku melainkan hanya dokter untukku. Setelah mendengar semua itu dari Dokter ku, aku langsung melepas alat Rumah Sakit yang menempel didadaku, dan langsung berganti pakaian dan pergi mencari Dewi.
Aku berlari dari rumah sakit dengan nafas yang setengah-setengah karena Jantungku tidak Normal seperti biasanya lagi. Sebelum menemui Dewi aku mampir kerumah Amri, yang kebetulan saat itu berada di ruang tamu
“kamu bohong kepadaku, kamu mencintai Dewi, kau pembohong” ucap Amri kepadaku
“Aku tidak mencintainya” ujar ku
“cukup! Melakukan itu tidak akan mengubah kenyataan Sani, Dewi mencintaimu, kamu mencintai Dewi, kenapa aku bisa menjadi bagian dari cerita cinta ini?” balas Amri dengan marah
“cerita cinta terbuat dari dua hati, Amri, dan beberapa waktu lagi hatiku tidak akan ada dicerita cinta lagi, aku hanya akan menjadi sebuah kenangan”
“aku sendiri bisa menghadapi kenyataan Sani, tapi aku tak punya kekuatan untuk menghadapi kenangan.” Ucap Amri
“Kenapa kamu bicara seperti ini, berarti kamu tidak mencintai Dewi sebanyak yang kukira?”
“apa yang kau ketahui tentang cintaku, Dewi adalah hidupku.” Ujar Amri
“kamu mau melepaskannya begitu saja? Aku ini tidak punya waktu lagi untuk mencintainya lagi”
“apa yang akan kamu lakukan jika berada di posisiku?” Tanya Amri
“aku berharap berada di posisimu”
Aku langsung pergi meninggalkan Amri dan menemui Dewi, aku pergi ke sebuah tempat di tepi sungai, yang aku tahu jika Dewi sedih ia pasti pergi ke tempat ini, benar saja ia ada disini, ku lihat ia dengan tatapan sendu dan ia langsung mendekat dan memelukku sambil berkata
“kenapa kau mencintaiku begitu besar sampai kau mau meninggalakan cinta dibelakangku bahkan setelah kamu tiada?” ucap Dewi bertanya
“aku tidak mencitaimu, aku tidak mencintai siapa-siapa, tapi aku menyayangimu dan mencintaimu lebih dari apapun, bahkan setelah aku tiada”
Seminggu kemudian tiba saatnya acara Resepsi Pernikahan Amri dan Dewi, semua keluarga sibuk mempersiapkan sesuatu, begitu juga aku membantu mereka, kebetulan aku masih bisa melakukan kegiatan ringan, tiba saatnya acara nya dimulai, aku menjadi pendamping Dewi saat berjalan menuju tempat acara perkawinan, ya benar Amri sudah disana, dan kulihat Dewi, sedang menatapku dengan airmata yang membasahi pipinya. Ku lihat matanya yang penuh cinta terhadapku, dan kuhapus air mata kesedihannya yang tidak ingin kulihat di hari kebahagiaannya ini, setelah acaranya selesai aku berdiri sendiri di sebuah tiang penyangga yang sambil mengeluarkan air mata kesedihan.
Dua hari setelah perkawinan Amri dan Dewi aku masuk Rumah sakit kembali, karena keadaanku yang semangkin parah, kelopak mataku yang menghitam, bibir ku yang berwarna Pucat, dengan pandangan yang begitu sendu, aku melawan penyakit ini sampai waktu-waktu terakhirku. Sewaktu aku tertidur terdengar suara yang memanggil namaku yang ternyata ibuku dan semua keluarga Dewi, mereka memberikan support kepadaku agar aku kuat menghadapi semua ini, aku sangat bersyukur karena mempunyai keluarga yang sangat baik, beberapa saat kemudian semuanya pergi kecuali Amri dan Dewi
“setelah menikah kamu menjadi lebih gemuk, ya?” ucapku ke Dewi
Namun Dewi tidak berbica satu kata pun, ia menangis dan langsung pergi keluar. Hanya aku dan Amri yang ada diruangan yang dipenuhi Alat pengobatan ini
“bagaimana keadaamu? Ucap Amri
“Luar biasa “ balasku
“Amri.. Dewi milikmu saat ini, dalam hidupmu, tapi dalam kehidupan setelah ini, pada setiap kelahiran dia adalah milikku. Berjanjilah padaku!” ucapku meminta kepada Amri
“aku berjanji padamu” balas Amri
“terima kasih, sekaramg aku mau tidur, bangunkan aku sebelum kamu tidur” ucapku meminta
Aku meminta kepada Amri agar ia membangunkanku sebelum ia pergi, karena aku sudah merasakan nyawaku akan di angkat, ya benar nyawaku telah diangkat oleh yang Maha Kuasa, kini aku hanya menjadi kenangan oleh semua orang terdekatku, orang yang kucintai dan orang yang mengenalku.


Sekian Cerpen yang dapat saya Bagikan dari hasil Jerih Payah Otak gua Sendiri,


Instagram: SaniLFS 
Twitter: @SaniLFS


Advertisemen