-->

Puisi Kemerdekaan Republik Indonesia 68

Advertisemen




INDONESIA 
sebentuk gugusan pulau

dan tetap saja tak nyaman hidup ketika perasaan
sebangsa, sesaudara, sepenanggungan
hanya cerita tapi tak kasat mata

apa arti lagu-lagu upacara itu
ketika sehabis dinyanyikan
sekolah sekolah rakyat tergusur
seragam seragam bukan menjadi kebanggaan keilmuan
namun prasyarat dan penghalang keingin tahuan maju

apa arti kesejahteraan terjamin negara
jika ketidakmerataannya menimbulkan
banyak kecemburuan
bersaing antara jumlah mobil mewah
dan rumah gerobak sampah
bersaing antara gedung pencakar lagit
dan penampungan kolong jembatan sarang penyakit

apa arti kewibawaan itu
jika para pencoleng bisa bebas bersekutu
bom - bom berledakan bak kembang api
tak ada perlindungan bagi TKI pejuang devisa kita
juga ketika para juara dunia terlantar
mengais nafkah ketika masa uzurnya tiba

siapa yang masih menangis terharu
ketika merah putih berkibar
siapa yang masih berdegup bangga
ketika merah putih mengangkasa
siapa yang masih berdiri gagah
ketika merah putih memandang dunia

ajari aku
kembali bangga
kembali mencintai negeriku
.






Bendera

Bendera itu milik siapa ?
dua warna yang begitu saja menyatu oleh sejarah
dua warna berdamping mencuatkan keberanian dan kesucian hati
apalagi yang terhebat selain itu

sempat warna biru mengganggu
pongah mengangkasa
kami tak rela ... tersobeklah pada akhirnya
walau banyak jiwa melayang karenanya
dan memang terbukti benar
keberanian dan kesucian hati
apalagi yang terhebat selain itu

Pulau-pulau kami berserak
laut-laut kami menggulung berarak
waktu menguji dengan asap hitam menoda diantaranya
namun angka 17 bulan Agustus tetap menjadi keramat
ketika semua angkara terungkap
dan bendera itu khidmat menuju puncak

keberanian dan kesucian hati
apalagi yang terhebat selain itu
..






Kemerdekaan Indonesia



Bunyi genderang membakar semangat
Darah dalam dada-pun bergejolak
Jiwa dan raga ber-irama
Seakan ajal mendekat
Tongkat kayu ku tancapkan
Di tanah ini kupijakan
Kaki berdarah kemerdekaan
Demi generasi masa depan
Semangat tetap berkobar
Di negeri ku kibarkan
Bendera merdeka-pun berkibar
Di negeri penuh harapan
Puji syukur ku panjatkan
Merah putih telah berkibar
Garuda di dada
Indonesia Merdeka







Bambu Runcing

Mustahil Semut taklukan gajah
Bambu runcing jadikan sejarah
Penjajah berlari tinggalkan Negeri
Hilang tenggelam di makan bumi
Inilah aku si semut merah
Tegakan badan Melawan gajah
Seakan hidup tak bergairah
Semangat berkobar tak akan punah
Terus berjuang pantang menyerah
Demi masa depan tinggalkan sejarah
Sejarah terukir hilangkan penjajah





PAHLAWAN


Bersemayam di lubuk yang paling dalam,
ada sesuatu yang tak akan pernah padam,
meski terkadang kau pun kurang paham,
namun, kami semua dapat merasakan.

Kau……,kau lah pahlawan kami.
karena mu lah kami berarti.
karena dihatimu selalu menyala api
nan memendar menularkan semangat, singkirkan keraguan hati.


Di diri mu kami kan bercermin,
di senyum mu kami dapatkan angin
di kata mu yang selalu kami dengar
tekad menebar menyebar dan berkobar.

Kau korbankan apa pun buat kami
agar hidup sekali ini bisa lebih punya arti
dan kami semua tahu, kau melakukan itu
bukan cuma buat sebuah pamrih, yang semu.


Koar-koar yang kau dengung-dengungkan
adalah balut atas semua kepura-puraan
dan……………
kau selimuti kami semua dengan ketidak-tahuan
kau mengira kami dalam kebodohan.





  




SEMANGAT PAHLAWAN
 

Ku lihat engkau di sana, pahlawan
Tak menyerah patah arang
Tak gentar medan kau lawan

Bersorak-sorai tanda kemenangan
Letih raga kau rasa
Jatuh tanda tak kalah
Di sini ku kan berdoa
Bangkit hadapi menyerang lawan
Tak dengar caci mereka
Berjalan, Tuhan akan berkata
Hamba bersujud berharap
Mentari senyum tanda melawan
Ku lihat engkau di sana, pahlawan
Walau tulang tak lagi menyatu
Tapi jiwa berkata beda
Semangat maju takkan luntur
Kini, mimpi telah usai
Tapi cita takkan berhenti
Perjalanan hidup panjang di sini
Semangat pahlawan kembali

 


17 Agustus 1945


17 Agustus 1945
Hari Ini Aku berdiri Menghadap sang saka
Hentak beraniku Menyonsong cita ku
Suci jiwaku menggapai harapan ku

Aku Anak Bangsa Indonesia
Suara lantang Menyuarakan
Merdeka Merdeka Merdeka
Majulah Indonesiaku

17 Agustus 1945
Hari ini Hari Kemerdekaan indonesia
Hari Kebangsaan indonesia
Hari Lahirnya Bangsa Indonesia

Semangat Juang Para Pahlawan
Gugur damai di medan Perang
Harum Nama mu di kandung badan
Merdeka Merdeka Merdeka
Jaya lah Indonesia Ku

  

KAU MELEBUR DI SANA

kau melebur di sana
di permulaan musim gerhana
yang terselubung aroma darah
dan tanah yang berembun air mata

kau melebur di sana
kala sang surya mengelupaskan kulit kami
hingga kawanan peluhmu yang siaga
menghalau kepulan debu
yang mengepung dari negeri asing

kau melebur di sana
saat air bah berlarian
memanjati hamparan tanah usang
dengan jeritan malang
serta busung lapar

kau melebur di sana
saat air mata telah mengguruh menjadi telaga
hingga timba yang kau ayunkan
menandaskan kepingan dahaga
yang merintih di setiap gigir luka kami

 
 


Pahlawan NegeriKu

Di balik dawai dia berjasa,
Bersembunyi namun terdengar,
Pengantar alunan tanpa terpandang,
Deretan nada tercipta oleh getaran,
Tanpa jasa, beliau mengantar ketentraman di keramaian,

Sekarang, alunan tercipta indah,
Mengalun tenang dan menidurkan,
Menidurkan mereka sehingga terbuai kenikmatan,
Tidak ingat pengantar, lupa akan pembawa kenikmatan,
Nikmat, nikmat, dan nikmat..
Tanpa tahu getir pahit sang pengantar kenikmatan..
Kawan, ingatkah kalian akan pahlawan?
Untuk Pahlawan Negeriku
Untuk negeriku
Hancur lebir tulang belulangku
Berlumur darah sekujur tubuh
Bermandi keringat penyejuk hati
Kurela demi tanah air negeriku
Sangsaka merah berani
Putih suci
Melambai-lambai ditiup angin
Air mata bercucuran, menganjungkan doa
untuk pahlawan negeri
Berpijak berdebu pasir
Berderai kasih hanya untuk pahlawan jagad raya
Hanya jasamu bisa kulihat
Hanya jasamu bisa kukenang
Tubuhmu hancur hilang entah kemana
Demi darahmu
Demi tulangmu ..
Aku perjuangkan negeriku ini, Indonesia.
  





Kini, Giliran Kita

Ada yang berteriak, mereka bersorak
Suara guntur mengguruh di angkasa
Rombongan pria berlarian
Membawa bedil, tepaskan peluru

Berbaju lusuh, badan hitam
Keringat basah bersimbah darah
Berlari, meloncat, berteriak
Berjuang demi kebahagiaan bersama

Mereka yang menangis, ditinggal keluarga
Mereka yang lapar, tak ada harta benda
Semuanya habis karena mereka.

Ingatkah kamu peristiwa itu?
Akankah kamu merasakan mereka
betapa sakit, perih dan kerasnya
Derita..derita.. dan derita..

Sudah 68 tahun sudah.
kenangan kelam perjuangan mereka.
sekarang giliran kita,
berjuang layaknya mereka
tapi bukan dengan senjata.

Merdeka negeriku, merdekalah negeriku
Jaya negeriku, jayalah negeriku

Kini Giliran kita,

Advertisemen